Hari terlanjur malam, kunang-kunang berterbangan diantaranya, kita hanya berdua. Ini adalah malam pertama kita untuk menjalin cinta tanpa adanya rahasia yang menutupi kita. Malam pertama. Adalah sebuah ritual dimana cinta kita akan mencapai titik yang paling tinggi, mungkin hingga menuju para dewa.
Kamar ini adalah kamar kita yang baru, di rumah yang baru. Memang masih mencicil tapi, setidaknya inilah rumah kita. Sedikit demi sedikit kita berusaha bertahan, agar rumah ini menjadi milik kita sepenuhnya. Aku menutup jendela kamar ini yang masih belum rapat. Aku tidak ingin ada yang diam-diam mengintip percintaan kita ini. Di luar jendela tampak sebuah pohon delima di halaman. Kemudian aku membayangkan jika nanti anak-anak kita akan bermain dibawahnya.
Kau sedang mandi, dan aku menunggu. Kita sama-sama ingin rajutan cinta pertama kita ini berjalan dengan sempurna. Suaramu yang sedang bersenandung terdengar jelas. Aku jadi teringat saat aku mengenalmu masih sebatas mp3 dan video yang ku unduh dari internet. Aku selalu bermimpi bertemu denganmu, dan kini kita sudah menikah.
Aku melihat-lihat benda-benda yang kau taruh di meja tempat tidur kita ini. Ada sebuah celengan babi. Kau persis dengan adik kelasku, sama-sama menyukai babi. Aku juga suka babi. Ada juga fotomu dalam bingkai. Aku ingin sekali mencuri foto itu. Kebiasaan lamaku yang selalu mencuri foto orang yang sangat aku suka. Tapi di fotomu itu ada aku. Foto seminggu sebelum kita menikah, sedang memakan es krim di taman kota saat malam.
Aku pun ke teras lantai dua. Aku ingin berteriak yang sekeras-kerasnya. Aku menikah dengan kiy-chan. Pasti suaraku ini terdengar oleh manusia dan juga anjing-anjing liar yang terjaga. Tapi aku menebak tidak ada yang mengerti tentang apa yang aku katakan.
Kau pun keluar dari kamar mandi, dengan handuk dan juga gayung. Kau memukul kepalaku dengan gayung dari belakang. Kemudian kau masuk kamar mandi lagi, lalu meneruskan mandimu. Aku masih merasa sakit di kepalaku.
Aku pun pergi ke ruang kerjaku. Di rumah ini aku dan dia memiliki ruang kerja pribadi sendiri-sendiri. Di kamarku ada seperangkat computer untukku menulis. Mungkin juga dia akan menulis di computer ini. Sementara di ruang kerjanya ada beberapa alat music untuk melatih kemampuannya bermusik. Aku sampai tidak bisa menghitung sudah berapa uang untuk mengisi rumah ini dengan perlengkapan yang aneh-aneh ini.
Aku ambil sebuah pulpen dan kertas yang sejak tadi sudah pasrah di atas meja ini. Aku ingin menulis sebuah puisi. Puisi sebelum kita bercinta nanti;
Malam penuh dongeng
Tidak ada melati di ranjang kita
Yang ada hanya beberapa serbuk cahaya
Dan merekalah yang akan merekam
Percintaan kita kali ini
Dan esok saat kita terbangun
Tidak ada sepi lagi
Yang selalu setia menusuk
Kedua jantung kita
Bulan purnama, bintang terjaga
Cahaya mereka terhalang hordeng jendela
Dan dibaliknya,
Cintalah yang akan menyihir kita
Hembusan nafas terasa di leherku. Aku menoleh dan melihatmu yang sudah memakai baju tidur, sambil menutup rambut dengan handuk. Lalu kau menarikku dan mendorongku ke kamar mandi. Sebelum aku masuk kamar mandi, kau memberiku mengatakan sesuatu yang tidak aku mengerti. Lalu tersenyum lebar.
Aku menebak kau ke ruangan kerja, dan berusaha untuk membaca puisi yang tadi.
24 desember 2010
Kamar ini adalah kamar kita yang baru, di rumah yang baru. Memang masih mencicil tapi, setidaknya inilah rumah kita. Sedikit demi sedikit kita berusaha bertahan, agar rumah ini menjadi milik kita sepenuhnya. Aku menutup jendela kamar ini yang masih belum rapat. Aku tidak ingin ada yang diam-diam mengintip percintaan kita ini. Di luar jendela tampak sebuah pohon delima di halaman. Kemudian aku membayangkan jika nanti anak-anak kita akan bermain dibawahnya.
Kau sedang mandi, dan aku menunggu. Kita sama-sama ingin rajutan cinta pertama kita ini berjalan dengan sempurna. Suaramu yang sedang bersenandung terdengar jelas. Aku jadi teringat saat aku mengenalmu masih sebatas mp3 dan video yang ku unduh dari internet. Aku selalu bermimpi bertemu denganmu, dan kini kita sudah menikah.
Aku melihat-lihat benda-benda yang kau taruh di meja tempat tidur kita ini. Ada sebuah celengan babi. Kau persis dengan adik kelasku, sama-sama menyukai babi. Aku juga suka babi. Ada juga fotomu dalam bingkai. Aku ingin sekali mencuri foto itu. Kebiasaan lamaku yang selalu mencuri foto orang yang sangat aku suka. Tapi di fotomu itu ada aku. Foto seminggu sebelum kita menikah, sedang memakan es krim di taman kota saat malam.
Aku pun ke teras lantai dua. Aku ingin berteriak yang sekeras-kerasnya. Aku menikah dengan kiy-chan. Pasti suaraku ini terdengar oleh manusia dan juga anjing-anjing liar yang terjaga. Tapi aku menebak tidak ada yang mengerti tentang apa yang aku katakan.
Kau pun keluar dari kamar mandi, dengan handuk dan juga gayung. Kau memukul kepalaku dengan gayung dari belakang. Kemudian kau masuk kamar mandi lagi, lalu meneruskan mandimu. Aku masih merasa sakit di kepalaku.
Aku pun pergi ke ruang kerjaku. Di rumah ini aku dan dia memiliki ruang kerja pribadi sendiri-sendiri. Di kamarku ada seperangkat computer untukku menulis. Mungkin juga dia akan menulis di computer ini. Sementara di ruang kerjanya ada beberapa alat music untuk melatih kemampuannya bermusik. Aku sampai tidak bisa menghitung sudah berapa uang untuk mengisi rumah ini dengan perlengkapan yang aneh-aneh ini.
Aku ambil sebuah pulpen dan kertas yang sejak tadi sudah pasrah di atas meja ini. Aku ingin menulis sebuah puisi. Puisi sebelum kita bercinta nanti;
Malam penuh dongeng
Tidak ada melati di ranjang kita
Yang ada hanya beberapa serbuk cahaya
Dan merekalah yang akan merekam
Percintaan kita kali ini
Dan esok saat kita terbangun
Tidak ada sepi lagi
Yang selalu setia menusuk
Kedua jantung kita
Bulan purnama, bintang terjaga
Cahaya mereka terhalang hordeng jendela
Dan dibaliknya,
Cintalah yang akan menyihir kita
Hembusan nafas terasa di leherku. Aku menoleh dan melihatmu yang sudah memakai baju tidur, sambil menutup rambut dengan handuk. Lalu kau menarikku dan mendorongku ke kamar mandi. Sebelum aku masuk kamar mandi, kau memberiku mengatakan sesuatu yang tidak aku mengerti. Lalu tersenyum lebar.
Aku menebak kau ke ruangan kerja, dan berusaha untuk membaca puisi yang tadi.
24 desember 2010
Comments
Post a Comment