Skip to main content

komedi putar (sebuah cerpen). seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti#8


by Watip Ihcijo on Monday, 31 January 2011 at 21:13
Di depan kita adalah komedi putar, dan biarkanlah dia berputar seiring waktu yang tidak pernah berhenti menanti untuk datangnya hari dimana dia selesai untuk bertugas. Lampu-lampu seolah memberi segala fatamorgana. Kita berdua akan menikmati rasanya berada di negeri dongeng, dengan kereta kencana dan kuda putih. Aku mungkin akan menjadi pangeran yang selalu menaiki kuda putih dengan pedang lalu kau akan menjadi putri yang selalu siap untuk ku lindungi raganya.
Saat kita menaiki komedi putar, sihir waktu tidak akan pernah berlaku. Aku yakin waktu akan seolah berhenti, sementara kita tidak akan pernah tua. Senyum yang kekal, kebahagiaan yang tidak pernah kunjung padam. Dan kita akan menikmati perasaan yang mendalam terhadap diri masing pasangan kita. Aku mencintaimu, mungkin sangat cinta.
Rasakan tiap putaran dengan cinta, rasakan cinta di setiap putarannya, aku yakin keajaiban akan terjadi dan aku berjanji kita tidak akan pernah bisa untuk tua.
Aku sudah merencakan tentang cerita kita yang seperti dongeng ini, dan sang komedi putar yang menawarkan berbagai candu yang dapat melupakan kita dari segala kemunafikan. Aku memesan tiket, dan aku yakin komedi putar itu telah menunggumu kita lama, mungkin sangat lama hanya untuk kita menaikinya. Semenjak seorang malaikat bercerita tentang kita berdua, komedi putar tersebut semakin tidak sabar untuk melihat kita berdua dan menaikinya segera, dan nikmati segala fatamorgana yang komedi putar ini sajikan.
*****
Malam ini agak mendung, tidak secerah biasanya, awan hitam seolah mendekat. Aku tersenyum karena aku sudah mempersiapkan jika hujan datang. Payung sudah siap di dalam ransel. Beberapa kunang-kunang berusaha berlarian, sedangkan bintang tidak tampak malam ini
Kau ada di sampingku, selalu ada di sampingku untuk malam ini. Tanganmu setia memeluk lenganku, dan sesekali melepasnya untuk menunjuk lampu-lampu yang tidak luput dari warna dan cahaya di sekitar sini.
Berikan aku balon, aku ingin balon!
Sudah kukatakan jangan meminta balon, nanti aku teringat pada adik kelas yang pernah ku suka dulu.
Yang berhidung pesek itu?
Iya, lantas kau pun juga memiliki hidung yang mungil kan.
Ah, jahat ah. Kau pun meraba-raba hidung yang memang mungil, tapi sejujurnya hidungmu yang membuatku jatuh hati padamu.
                Kita berjalan tanpa arah, seiring angin. Seperti daun yang baru gugur dari rantingnya, yang tidak pernah merencanakan akan jatuh dimana dia. Kita seperti daun itu, yang tidak pernah merencanakan untuk jatuh di hati siapa, dan pada akhirnya anginlah yang membimbing kita untuk saling jatuh cinta. Arloji berdetak.
                Kau memakai pakaian berwarna kuning, bermotif pisang. Kau sangat senang dengan warna kuning, dan selalu mengingatkanku pada bunga matahari yang tumbuh pada musim panas. Aku juga teringat pada adik kelasku yang secara spontan selalu kupangil matahari. Kisah yang tragis. Aku tidak pernah menanyakanmu tentang alasanmu menyukai pisang. Tapi, sunguh sifatmu seperti kera yang tidak pernah berhenti tersenyum dan ceria sepanjang hari. Mungkin pisang memberikanmu sebuah energi lebih untuk menjalani hari yang selalu saja aku anggap membosankan.
                Kapan kita sampai?
                Lah, memang kita mau kemana?
                Katanya kau mau mengajakku menaiki komedi putar.
                Merry go round goes?
                Yap, nanti aku jadi putri, kau jadi pengawalnya ya.
                Terserah kau saja
                Aku pun berjalan, dan sesekali menanyakan pada beberapa orang tentang letak dimana komedi putar. Tempat dimana kebahagian akan terus berputar. Ada kuda putih yang siap ditunggangi, ada kereta kencana yang berbentuk labu seperti dalam dongeng Cinderella yang siap untuk ditumpangi. Mereka semua berjanji akan membawa kita berdua ke negeri dongeng. Negeri yang penuh kebahagiaan.
                Tangan kita masih terus berpeluk, dan kita masih berjalan ke gerbang dimana negeri dongeng tersebut akan mengantarkan kita ke sebuah negeri yang penuh keajaiban, yang tidak akan pernah membuat kita menjadi tua, yang menjanjikan kita hidup abadi untuk saling mencintai. Lampu-lampu seolah bisu, dan hanya senang melihat kita berdua melangkah ke sana.
                Seorang anak kecil menghampiri kita dengan sebuah balon gas berwarna merah, menarik-narik celanaku. Kau pun menunduk dan mencoba memahami anak kecil itu. Aku tahu kau sangat menyukai anak kecil.
                Nama kamu siapa?
                Nama aku cherry
                Kau pun menengok ke arahku. Dan tersenyum lebar seolah mengodaku.
                Seperti nama adik kelasmu itu ya. Kau pun terkikik.
Wah, nama kamu bagus. Seperti buah merah yang mungil, tapi menyimpan kemanisan yang misterius. Mungkin senyum kamu akan seperti buah cherry, yang akan membuat kakak laki-laki ini suatu hari nanti akan jatuh hati padamu.
Kau pun langsung menoleh ke arahku, melihat responku. Apakah aku akan memasang wajahku karena kau mengingatkan aku padanya. Lantas apa responku? Memang, sesaat aku teringat padanya, tapi setelah itu aku tertawa saat wajahmu itu menjadi sangat sangat lugu. Ya, saat kau bertemu anak kecil, itulah responmu.
Mau kau ajak dia bersama kita?
                Kau mengangguk
                 Lalu bagaimana orang tuanya?
                Sudah kita culik saja. Kau terbangun, lalu tersenyum lebar padaku.
                Akhirnya kita bertiga.  Aku, kau dan cherry. Kau pun mengandeng anak kecil yang berusia sekitar 7 tahun itu seolah ibunya sendiri. Lantas dimana ibunya kandungnya? Ah, sudahlah. Pasti kau sudah menyiapkan senjata yang membuat aku selalu saja mengabulkan keinginganmu yang aneh-aneh; senyummu.
                Kita sampai juga. Komedi putar ini seolah sudah menunggu kita untuk menaikinya. Aku pun membeli tiket untuk menikmati komedi putar ini. Selagi aku membeli, kau pun bermain balon gas yang dimiliki cherry. Akhrinya kau memainkan balon gas juga. Tidak lama, akhirnya kita pun akan memasuki gerbang negeri dongeng ini, negeri dimana tidak ada satu rakyatnya akan sengsara, negeri dimana sihir dari tongkat ibu peri dapat befungsi, negeri dimana kemunafikan sudah mengalami kepunahan.
                Kamu naik kuda, aku dan cherry naik kencana.
                Ya.
                Berlagalah layaknya seorang pangeran, dan lindungi kami berdua.
                Siap tuan putri
                Komedi putar ini pun berputar, kita menikmati segalanya. Aku adalah pangeran berkuda putih dengan sebuah pedang yang siap melindungi seorang putri dengan gagah berani, dan siap untuk mati demi kalian bedua. Kau putri, yang siap aku antarkan kemana pun yang kau ingin. Lampu-lampu komedi putar ini seolah mengantarkan kita menuju negeri tersebut.
******

Comments

Popular posts from this blog

seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti #1

Seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti Kita berbeda bahasa, pada akhirnya akan menikah juga. Sebuah impian yang selama ini aku bayangkan tentang menjadi orang pertama yang mendapat senyum pagi dan juga sapaan  ohayou yang kau ucapkan tercapai juga. Dari dulu yang aku banyangkan hanya bisa bertemu denganmu saja, itu sudah sangat cukup. Tapi kenyataannya kita bisa bersama juga dalam sebuah ikatan yang selalu dijadikan manusia sebagai ritual untuk menjalin cinta. Kita akan menikah nanti. Kita bertemu pertama kali adalah saat pohon sakura diwajibkan untuk mengugurkan kelopak-kelopak bunganya oleh musim yang selalu berganti dan tidak pernah lelah untuk menyambut matahari yang selalu kau kagumi. Kau tahu itu memang harus terjadi, maksudku tentang sakura yang gugur, mungkin juga tentang pertemuan kita dan pernikahan kita nanti memang harus terjadi. Angin berhembus dan menyapu beberapa daun yang sudah jatuh dari ranting dan dan mati di perkarangan rumahmu, dan sore hari

seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti #2

berakhir juga, juga permainan sederhana kita dengan memainkan kaki kita di bawah meja pemanas kita. kau pun berdiri, lalu menyalakan radio. sepertinya kau ingin menyindirku. kau tahu aku tidak bisa berbahasa sepertimu. tapi tak apalah, aku hanya ingin menikmati lantunan musiknya saja sambil melihat matamu yang tidak akan bisa untuk aku munafikan keindahannya. angin kencang mengetuk-ngetuk jendela, seolah mengoda situasi kita yang sedang berdua saja di ruangan ini. kita berkencan tanpa adanya bahasa. kita hanya bermain dengan isyarat. itupun masih agak sulit dimengerti, karena kebudayaan kita berbeda. aku hanya bisa menutup kebodohankku ini. akhirnya kau pun kearahku, mendekatkan wajah kita berdua dan akhirnya bibir kita bertemu, saling mengenalkan dirinya masing-masing. kesunyian masuk tanpa mengetuk pintu, dan tidak ada yang terkejut diantara kita ataupun beberapa hiasan dinding. kau dan aku masih menikmati suatu hal yang selalu dirahasiakan orang tua kita. aku merahasiakan tentang a

Lonceng Emas Sandora

Tolong dentangkan kembali lonceng emas sandora agar si pembohong dunia ini tenang agar ular peliharaan kita terkenang lalu rayakan lagi sebuah pesta panjang tentang alasan ungun yang tak pernah ingin padam dengan makanan, minuman juga tarian yang tidak pernah kunjung habis dipentaskan Tolong dentangkan kembali agar si pembohong ini tenang