Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2013

Sebuah apel untuk ibu guru.

Seekor ular masuk menaruh sebuah apel di mejamu subuh tadi. Setelah itu ia bergegas pergi sebelum matahari terbit dan para ibu pergi berdebat harga lewat angka, aksara, dan retorika untuk mendapatkan bahan sarapan keluarga. Ia sangat tahu nanti kau tidak pernah mengusut tuntas dari mana apel ini ada di mejamu, hanya tersenyum manis sembali memandang para murid dan menebak siapa dari mereka yang menaruhnya rapih di dekat penghapus papan tulis sambil mengucapkan selamat pagi, juga menerka-nerka bagaimana aroma surga dahulu kala. Ular pun juga begitu, ia tidak pernah mengusut kenapa si kakek tua penjaga sekolah menjadi sebodoh itu mengawasi, padahal katanya ia tidak pernah tidur. Mei 2013

Sirkus

Kau berkata, kitalah kembang api, menari di atas lidi-lidi cahaya setipis jerami dan lilin-lilin yang telah padam sedari tadi Seekor jerapah ikut berdansa di angkasa menaiki seutas benang baja bersama istrinya sedangkan seekor beruang mengendarai sepeda dengan motor ditemani seekor kukang jantan Gajah-gajah mulai terbang di udara ditemani kawanan kuda bersayap juga seekor jebra yang meluncur cepat dan sepasang kucing berlompatan pada temali besi Kita adalah kembang api sayang, berkembang di atas saat malam tiba dan Kakek tua itu sedang asik terlentang menikmati pertunjukan dan kopi semesta

Mendadak

Mendadak kamu bertanya tentang jumlah sajak yang selalu aku kirim padanya lewat udara di setiap malam semenjak hari itu tiba semenjak seekor jalak yang dulu kita pelihara lepas dari sangkarnya juga anak-anak tetangga yang kini sudah tampak dewasa dan siap mencari pasangan hidup keluarga seperti kita. Kemudian kamu pergi ke dapur, mengambil makanan roti tawar yang diolesi selai dengan berbagai rasa sebagai pilihannya. aku menebak jika kamu akan mengoles selai nanas seperti kesukaanmu sejak dulu "Aku sedang tidak ingin nanas, kamu tahu?" Ucapmu dari dapur Kita biarkan jendela masih belum tertutup rapat, masih kita biarkan seekor kucing masuk ke dalam mencari-cari sisa makanan di dekat tempat sampah lalu tertidur pulas di depan perapian. Perkara kita belum selesai juga setelah kamu racik sepotong roti tawar dengan cokelat lalu menawarkan sebagiannya padaku. "Jadi berapa banyak?" Tanyamu kembali. Aku hanya mengeleng kepala,

Sebuah Foto

Tengah malam ini seorang pria mabuk sambil bernyanyi di depan bingkai foto mantan kekasihnya "Duhai adinda, kau adalah segalanya" setelah itu keheningan masuk tanpa salam menciptakan tiada, bahkan sepasang cicak mendadak diam, begitupun jam tua yang tenteng jamnya memekakkan telinga Sebuah foto yang didekap olehnya diam-diam ikut menjauh, tidak kuat menahan bau surga dari seorang pemabuk gila 25 Februari

Dalam Pesan

Dalam pesan, kau meminta maaf karena lupa diselipkan juga aroma pohon jati, angin senja beserta bunyi kepak burung gereja, sengama rumput dan daun angsana tawa anak-anak kecil bermain bola March 3

Just For Mom #6

Ma, Aku sedang tidak bisa menulis seperti biasa Menangkap pelangi di matamu yang selalu ada Atau menangkap anak-anak kelaparan di bawah jembatan Kuyakin kau akan memperkarakan kenapa, Dan menanyakan apakah ini karena aku sedang tidak jatuh cinta Atau musim hujan yang terlambat untuk pergi dari kalender bulan Atau sebuah pertengkaran hebat dan panjang dengan kata terulang Ada luka di pergelangan tanganmu saat aku bercerita Air matamu yang kukira dahulu adalah gerimis juga ikut keluar Ma, Aku ingin seekor burung gereja ini kembali kau ajarkan untuk mengeja aksara Dan mengecap jutaan udara pada semesta yang sekarang kita pandang Atau beribu kata yang selalu menjelma ikan di setiap lautan yang terbentang Juga cinta, tentang harapan yang tidak pernah padam, yang tidak pernah hilang Ma, Bagaimana? Bisakah? 21 maret 2013 In this note: Hayati Amaliah