Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2015

Komentar Ahmad Ibo untuk Museum Hujan

Malam musim hujan di bulan Desember, Watip meminta saya ke kontrakan, dia ingin memberikan kepada saya Museum Hujan, buku kumpulan puisinya yang baru lahir. Suatu kehormatan buat saya karena menjadi salah satu dari sedikit orang yang menerima buku puisi tersebut langsung dari penulisnya. Sekaligus suatu kegembiraan karena mungkin telah lahir generasi kedua penyair Bengkel Sastra UNJ pasca Ferdi Firdaus. Anjaaaass. Sepintas membayangkan Museum Hujan, terbesit dalam kepala saya tentang bangunan tua, meski begitu senyap, di dalamnya penuh dengan hiruk pikuk kejayaan masa lalu. Watip menuliskan lalu menyajikannya pada diorama-diorama , tentang hujan dan kenangan yang telah purba. Dilihat orang, diraba, dinikmati, membosankan, lalu ditinggalkan dan dilupakan begitu saja. Meski demikian, di sana puisinya tetap suci dan abadi sebagai artefak yang menyimpan segala kenangan. Menerima buku puisi buat saya seperti menerima kitab suci, hanya saja Watip di luar 25 nabi yang waj