Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2014

Komentar Hamzah Gozi

Sebagian besar puisi Museum Hujan merefleksikan perasaan tabah seorang pecinta yang berhati lembut. Ialah sosok berprasangka positif –merenungi masa lalu tak sebatas penyesalan. Kadang terdapat kesedihan yang sungguh ngilu, tetapi dialihkan langsung kepada harapan yang belum pasti perwujudannya. Dengan apa? Penyair membantahnya dengan pertanyaan –semacam sanggahan mungkin. Melalui puisi “Kenangan”, penyair ingin berlurus-pikir atas ingatan, atau dalam puisi “Mendadak”, yang c oba menghibur: karena ada perasaan yang mesti terjaga karena ada hati yang tak boleh retak. Namun, ketika puisi seolah tak menjawab apa-apa, penyair memilih diam. Sebab, diam yang demikian itu juga berarti membiarkan khayalan terasa benar-benar ada, dan terus berkembang. Lantas, tak heran apabila puisi “Pada Bait Ketiga” ia pun gundah karena usahanya menggapai cintanya begitu sia-sia belaka. Di sinilah letak kesimpang-siuaran, penyair tidak bisa menghentikan imajinasi, tatkala kenyataan tidak berp