Hujan Ka, lihat ada hujan lagi. Ayo kita mengurungnya dalam kenangan. Setelah itu kau menarik lenganku dari dalam rumah, tanpa membawa payung ataupun jas hujan. Kau tidak pernah berpikir jika nanti malam kita akan menahan gigil panjang di depan perapian dengan selimut tebal. Dan esok kita akan terbaring lemas dengan demam yang tinggi. Tapi, itulah kau, orang yang selalu aku cintai dengan segala keunikannya. Hujan, kita selalu kurung mereka pada kenangan. Hujan mana yang tidak mau dikurung dalam kenangan, karena mereka akan kekal, karena mereka jatuh tidak sia-sia. Kadang mereka merasa sia-sia belaka seandainya jatuh tanpa ada yang satu pun mengingatnya, kecuali para ibu yang lupa mengangkat jemuran di teras rumah. Pohon mangga dan angsana menari bersama kita dalam hujan yang tidak bisa dibilang kecil juga. Rerumputan mendadak terbangun dari tidur panjang juga katak yang kini berpesta tanpa adanya jamuan lalat ataupun serangga.
Ialah Tempat dan saat orang dewasa kembali menjadi anak-anak,