Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2012

Perlahan

I Perlahan, sampai juga genggaman ini mencapai jemarimu Sepasang lilin dan keremangan menjadi bisu sesaat Padahal sejak tadi dia berisik, Mengoda mata kita yang tidak sempat bertemu pandang Gesekan biola beralun tipis dari rekaman telepon genggamku Karena itu beberapa pengamen lebih memilih  pergi, sebelum menyapa kita Sebelum menganggu kita dengan nada suara dan petik gitar yang salah II Ada bintang jatuh, ucapku Kau langsung mengarah pandangan pada angkasa malam Mencari setiap jengkal di sana, Seperi seekor serangga mencari lampu jalan Ada bintang jatuh, memang Pada sepasang mata yang kau punya Terjebak, terbentur-bentur pada benda yang seperti kaca III Aku memandangmu dalam, sesekali kikuk saat kau tahu Kenapa kak? Aku mengeleng kepala, lalu menegur waktu Yang sejak tadi terhenti di sebelah kita menyaksikan Perlahan, kita rangkai sunyi ini sendiri Di antara cahaya bintang, lampu jalan, dan bisik kendaraan Setelah kita habis

Pesan dan Hujan

I kau selalu mengirim kabar tentang langit di tempatmu apakah ia akan hujan, atau sekedar mendung saja atau angin yang saat itu berhembus kencang menyerakan daun-daun yang telah kau disapu dan siap dibakar tempat kita tinggal sangat jauh jarak menebas ruang dan mencipta rindu tapi, langit kita selalu sama bukan, karena kita bertukar kabar lewat pesan tanpa tinta II kawanan anak kecil tampak berlari dalam hujan lupa pada pakaian basah dan omelan orang tua saat sampai rumah di sana hujan? di sini hujan deras pesanmu, yang melesat singkat aku hanya tersenyum saja, menebak apa ini sebuah kebetulan belaka 21 Desember 2011

Perihal Perasan

I perihal perasaan ini, lebih baik aku katakan saja hari ini, mumpung langit cerah dipenuhi burung-burung gereja yang terbang dan juga jalak yang lepas dari kandangnya angin mendadak mengeras dalam kesunyian kau terlampau asik mengaduk minuman sedangkan aku, berkutit pada kata awal untuk memulai sesuatu yang akan dikatakan harus kumulai dari mana dari cuaca cerah pagi ini, atau gemerisik daun angsana atau mungkin bertanya tentang mimpimu semalam mata kita bertemu tiba-tiba kata menjadi muskil aku menjadi lupa pada capucino di meja juga cara mengeluarkan bahasa masih melamun kak? II perihal perasaan ini, biarkan saja menjadi hal... 22 desember 2011

Dua orang anak,

dua anak bermain di bawah pohon angsana menebak daun dari ranting mana yang akan jatuh pertama samudra, anak laki-laki pertama yang tidak akan kalah oleh siapapun dalam hal menebak bunyi hujan, dan lirih angin dan angkasa selalu saja ceria yang memiliki mata dan senyum indah ibunya yang selalu tersenyum pada matahari dan detik arloji mereka benar-benar seperti ibunya wanita yang tidak sempat kumiliki raganya, : Kamu 26 Desember 2011

Tolong sampaikan pada Laboon

tolong sampaikan pada labon jika kami tidak dapat kembali lagi bernyanyi suka cita, meminum angur hingga kembung pasti kini kau sudah besar labon, tubuh menjelma karang raksasa yang selalu tegar pada ombak dan menjadi rumah bagi para camar tersesat tolong katakan pada labon jika panah beracun di dada kami sudah membuat jarak yang amat jauh bahkan tidak sempat suara ini terdengar padamu tolong sampaikan pada labon jika kami tidak bisa menepati janji kali ini : maaf 12 januari 2012 NB. Labon: seekor paus besar yang hidup di reverse mountain, pintu masuk greenline. Seekor ikan paus yang terpisah oleh kawanan dan akhirnya mengikuti bajak laut Rumba. Karena laut yang begitu buas, sehingga labon yang saat itu masih kecil ditinggal di reverse mountain dan dititipi oleh seorang penjaga mercusuar. Namun bajak laut rumba akhirnya tidak pernah kembali akibat semua awak tewas dalam pertempuran. 50 tahun labon menanti, dan mungki

Untuk Ibu

:hayati amaliah kapan kita bertemu lagi ibu, bercanda seperti sepasang kupu yang berebut madu atau ribuan cahaya yang berlomba untuk jatuh nanti pasti aku minta kau mendendangkan sebuah lagu bu tentang kesepian, penantian yang selalu kuceritakan padamu tentang perasaan yang besar seperti samudra biru hingga aku terlelap, tertidur pada ayunanmu kapan kita bertemu lagi ibu, nanti kutuliskan sebuah puisi cinta untukmu tentang sebuah lagu yang mengalir sendu yang selalu kau lantunkan pada hari minggu 14 mei 2012

Setelah,

setelah percintaan kita ini selesai kita akan berpura-pura lupa tentang segalanya untuk selamanya ada deras tangis yg sempat kita tahan di tengah subuh, di saat kunang-kunang siap pulang ke kandang kau bantu aku kenakan kemeja dan jas tanpa menatap lau kau pasangkan dasiku perlahan padahal belum bersih segala peluh pada tubuh juga udara di sini kita berpisah ya ucapmu. ada nada desir yg nyeri bukan main sebelum kucing tetangga terbangun, mari kita pergi ke tempat di mana kita tidak bisa saling menemukan hingga kita lupa, dan tidak sadar jika ada perasaan sebesar semesta yg hilang, 7 Agustus 2012