Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2013

Narasi Perjalanan

Narasi Perjalanan 1 Kau bilang bidan harus bawel, dan orang melankolis sepertiku harus mencari jodoh yang bawel juga. Bagaimana jika aku denganmu saja, itupun jika kau mau. 2 Malam ini seperti mimpi. Pandanganku menjadi berkunang, lampu juga menjadi temaram jingga. Padahal ini baru jam setengah sepuluh malam. Ditambah lagi ada kau di belakangku, walau tanpa hadirnya peluk. 3 Agak sulit membedakan keju dan merica di saat ini. Udara sedingin hujan, hanya saja tanpa jaket ataupun pakaian kita kenakan. Kau sibuk memainkan telepon gengam, dan lupa jika ada aku di depan sedang memperhatikan setiap perubahan isyarat wajahmu. 4 Perjalanan kita dimulai kembali pada angka kesepuluh, setelah para remaja sudah mulai lelah pada ketenangan, dan kita harus bergegeas pulang. Seperti sepasang burung gereja saat matahari sudah sibuk ingin terbenam 5 Jalan aspal sepanjang perjalanan menjelma sungai ketika kita menyusurinya dengan sebuah sampan. Ada batu-batu yang menjelma karan

Pementasan

Pementasan Sehabis penonton berdiri dan bertepuk tangan kuyakin kita akan lupa barusan telah bercinta dan merekakan masa depan (sebuah rumah sederhana, seekor kucing yang manja dan anak-anak yang akan kita lahirkan) yang ternyata hanya sepanjang tali layang-layang "Apakah tadi menarik kak?" Bisikmu, lalu kita menundukan kepala tirai pangung pun jatuh menutup segalanya suara tepuk tangan semakin menderas sementara sunyi berjalan perlahan mendekat February 12 at 8:13pm