Narasi Perjalanan
Kau bilang bidan harus bawel, dan orang melankolis sepertiku harus mencari jodoh yang bawel juga. Bagaimana jika aku denganmu saja, itupun jika kau mau.
2
Malam ini seperti mimpi. Pandanganku menjadi berkunang, lampu juga menjadi temaram jingga. Padahal ini baru jam setengah sepuluh malam. Ditambah lagi ada kau di belakangku, walau tanpa hadirnya peluk.
3
Agak sulit membedakan keju dan merica di saat ini. Udara sedingin hujan, hanya saja tanpa jaket ataupun pakaian kita kenakan. Kau sibuk memainkan telepon gengam, dan lupa jika ada aku di depan sedang memperhatikan setiap perubahan isyarat wajahmu.
4
Perjalanan kita dimulai kembali pada angka kesepuluh, setelah para remaja sudah mulai lelah pada ketenangan, dan kita harus bergegeas pulang. Seperti sepasang burung gereja saat matahari sudah sibuk ingin terbenam
5
Jalan aspal sepanjang perjalanan menjelma sungai ketika kita menyusurinya dengan sebuah sampan. Ada batu-batu yang menjelma karang-karang tajam. Sehingga lebih baik memilih mengemudikannya dengan perlahan agar kita tetap aman, dan lebih lama bersama dalam perjalanan sebelum perpisahan menyapa.
6
Di pertigaan gang rumahmu kita berpisah. Purnama telah lelap sejak lama, sedangkan awan-awan berarak pelan. Kita berpisah sebelum detik kesebelas sempat tiba, kemudian bayangmu tertelan angan.
August 13, 2013 at 11:29am
Comments
Post a Comment