Skip to main content

Mendadak

Mendadak kamu bertanya tentang jumlah sajak
yang selalu aku kirim padanya lewat udara
di setiap malam semenjak hari itu tiba
semenjak seekor jalak yang dulu kita pelihara
lepas dari sangkarnya juga anak-anak tetangga
yang kini sudah tampak dewasa dan siap
mencari pasangan hidup keluarga seperti kita.
Kemudian kamu pergi ke dapur, mengambil makanan
roti tawar yang diolesi selai dengan berbagai rasa
sebagai pilihannya. aku menebak jika kamu akan
mengoles selai nanas seperti kesukaanmu sejak dulu
"Aku sedang tidak ingin nanas, kamu tahu?"
Ucapmu dari dapur
Kita biarkan jendela masih belum tertutup rapat,
masih kita biarkan seekor kucing masuk ke dalam
mencari-cari sisa makanan di dekat tempat sampah
lalu tertidur pulas di depan perapian.
Perkara kita belum selesai juga setelah kamu
racik sepotong roti tawar dengan cokelat
lalu menawarkan sebagiannya padaku.
"Jadi berapa banyak?" Tanyamu kembali.
Aku hanya mengeleng kepala, karena memang
tidak pernah kuhitung satu-persatu sajak yang kubuat
apalagi dia begitu berharga. Kamu hanya tersenyum saja
sesekali mengigit potongan roti sisa yang kamu buat
Angin masuk lewat jendela yang lupa kau tutup rapat,
Kucing itu masih saja tertidur pulas karena hangat.
Ada kalender juga yang lupa dirobek tanggalnya,
ada sisa gelas teh sore tadi yang lupa ditaruh ke belakang
dan ternyata arloji di tangan kehabisan baterainya.
Perkara jumlah sajak padanya
Mungkin banyak, seperti jumlah nafas kita
seperti jumlah daun gugur di dunia
seperti jumlah butiran beras yang ada di indonesia
"Tidak banyak." Jawabku.
Karena memang ada perasaan yang mesti aku jaga
karena memang ada hati yang harus selamanya tidak retak
"Kamu percaya?" Balas tanyaku.
"Tidak, lagi pula aku hanya bercanda,
sesekali mengusikmu dengan pertanyaan
aneh tidak apa-apa kan?"
Lalu kamu tersenyum riang, seolah
anak-anak yang baru menemukan uang receh di jalan,
seperti katak yang baru saja mendapatkan hadiah hujan dari Tuhan.
Setelah itu kau mendekat, lalu mengatakn sudah ingin terlelap
aku menganguk, lalu lekas mengantarmu segera.
 
Mendadak, aku teringat padanya.
Maaf,

Comments

Popular posts from this blog

seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti #1

Seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti Kita berbeda bahasa, pada akhirnya akan menikah juga. Sebuah impian yang selama ini aku bayangkan tentang menjadi orang pertama yang mendapat senyum pagi dan juga sapaan  ohayou yang kau ucapkan tercapai juga. Dari dulu yang aku banyangkan hanya bisa bertemu denganmu saja, itu sudah sangat cukup. Tapi kenyataannya kita bisa bersama juga dalam sebuah ikatan yang selalu dijadikan manusia sebagai ritual untuk menjalin cinta. Kita akan menikah nanti. Kita bertemu pertama kali adalah saat pohon sakura diwajibkan untuk mengugurkan kelopak-kelopak bunganya oleh musim yang selalu berganti dan tidak pernah lelah untuk menyambut matahari yang selalu kau kagumi. Kau tahu itu memang harus terjadi, maksudku tentang sakura yang gugur, mungkin juga tentang pertemuan kita dan pernikahan kita nanti memang harus terjadi. Angin berhembus dan menyapu beberapa daun yang sudah jatuh dari ranting dan dan mati di perkarangan rumahmu, dan sore hari

seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti #2

berakhir juga, juga permainan sederhana kita dengan memainkan kaki kita di bawah meja pemanas kita. kau pun berdiri, lalu menyalakan radio. sepertinya kau ingin menyindirku. kau tahu aku tidak bisa berbahasa sepertimu. tapi tak apalah, aku hanya ingin menikmati lantunan musiknya saja sambil melihat matamu yang tidak akan bisa untuk aku munafikan keindahannya. angin kencang mengetuk-ngetuk jendela, seolah mengoda situasi kita yang sedang berdua saja di ruangan ini. kita berkencan tanpa adanya bahasa. kita hanya bermain dengan isyarat. itupun masih agak sulit dimengerti, karena kebudayaan kita berbeda. aku hanya bisa menutup kebodohankku ini. akhirnya kau pun kearahku, mendekatkan wajah kita berdua dan akhirnya bibir kita bertemu, saling mengenalkan dirinya masing-masing. kesunyian masuk tanpa mengetuk pintu, dan tidak ada yang terkejut diantara kita ataupun beberapa hiasan dinding. kau dan aku masih menikmati suatu hal yang selalu dirahasiakan orang tua kita. aku merahasiakan tentang a

Lonceng Emas Sandora

Tolong dentangkan kembali lonceng emas sandora agar si pembohong dunia ini tenang agar ular peliharaan kita terkenang lalu rayakan lagi sebuah pesta panjang tentang alasan ungun yang tak pernah ingin padam dengan makanan, minuman juga tarian yang tidak pernah kunjung habis dipentaskan Tolong dentangkan kembali agar si pembohong ini tenang