Skip to main content

Ratu Kaca

sebuah cepen

Ratu Kaca

Kau selalu bertanya kepadaku. Pertanyaan yang sama di setiap pagi dan senja. Terkadang malam sebelum kau tidur pun, kau bertanya hal yang sama kepadaku. Tetapi percayalah kecantikanmu abadi, bahkan aku tidak bisa berdusta di setiap jawab atas pertanyaanmu yang sama itu.
“siapakah wanita paling cantik di dunia?” Tanya mu saat kelopak-kelopak bunga menyambut datangnya musim semi. Di negeri ini musim selalu berganti dengan teratur dan seimbangnya. Tidak ada yang bisa untuk mendahului atau pun merebut bagian muncul dari musim yang lain.
“tentu saja kau, ratuku.” ucapku diantara kewajiban untuk berkata sebenarnya dan juga kejujuran tentang perasaanku mengenai kecantikannya.

Aku selalu melihat keindahan mu melalui bias-bias cahaya yang sengaja masuk lewat jendela, dan secara sopan menyentuh semua bagian tubuhmu, bahkan menyentuh bibirmu yang selalu aku pikir itu adalah jelmaan pelangi. Walaupun terkadang aku kesal oleh sesuatu pemikiran yang bodoh, tapi yakinlah jika kau adalah wanita tercantik yang pernah aku temui.
Semenjak kau mengadopsi wanita muda itu, kini kau tampak cemas. Terkadang kau bercerita tentang mimpi-mimpi jika ada sebuah nama lain yang akan aku ucapkan sebagai jawaban dari pertanyaanmu. Itu sebabnya kau gelisah disetiap angin mengodamu dan membisikan hal-hal yang menurutku tidak berguna untuk kau pikirkan. Salju memang gadis yang cantik, tapi bagiku kau adalah wanita tercantik di dunia ini. Tidak ada yang bisa menandingimu.
Kau memangil wanita itu salju. Putri salju. Putri yang kau temui dan kau asuh saat musim salju. Tidak hanya karena itu saja, putrid salju pun memang benar-benar seperti salju, kulit putih, mata bening, dan hati yang lembut seperti salju. Tapi sunguh dari lubuk hati yang terdalam kau lah wanita tercantik di dunia ini.
Malam penghabis hujan ini, kau datang pada ku dengan gaun merah. Gaun yang cocok untuk dikenakan pada pesta dansa, tidak lupa beberapa manik-manik yang memungkinkan kau menjadi perhatian saat alam gelap lalu cahaya hingap pada manik-manik itu. Tidak lupa setangkai mawar yang sudah tertidur di tanganmu.
“siapakah wanita yang paling cantik di dunia ini?”
Bibirku terasa mati, terbius oleh kecantikan yang tidak henti-hentinya melekat dalam dirimu.
“k..kau wanita tercantik di dunia ini.” Agak sedikit tersendak
“kenapa kau terdengar agak berbeda? Kau sedang berbohong?”
“tidak, aku hanya saja kau tampak luar biasa malam ini. Mungkin saja keindahan dan keserdehanaan hujan langsung merasuk dalam tubuhmu itu.”
“kau berbohong”
“kau tahu, jika aku tercipta untuk membuka suatu kejujuran. Menunjukan kebenaran. Aku diciptakan tuhan lalu aku diminumkan salah satu sungai di surga. Sungai yang membuat seseorang tidak bisa untuk berbohong.”
Aku diciptakan tuhan dari tetes air yang mengkristal. Memantulkan segala hal yang ada di hadapanku. Jika keburukan yang ada dihadapanku, maka aku akan mengatakan jika itu buruk.
Sifatmu yang tidak selalu percaya kepada orang lain membuat sebuah nuansa unik dalam pikiranku. Melekat dalam setiap lerung ingatan yang sering ku temukan wajahmu dalam lamunan. Memang itu salah satu sifat yang tidak baik, tapi aku menyukai sosokmua yang tidak mudah percaya itu.
Lain hal nya dengan salju. Dia lugu. Selalu percaya pada perkataan setiap orang, bahkan kelinci yang tidak sengaja kau tangkap dan hampir dijadikan soup kelinci, kemudian salju lepaskan, hanya karena kelinci itu mengatakan jika anak-anaknya masih kecil dan menunggu kedatangannya di rumah. Sangat bertolak belakang dengan sifatmu.
*****
Pagi ini saat matahari menyentuh wajahmu yang masuk lewat celah-celah jendela dengan tangan-tangan cahaya nya yang kehangatannya selalu membuat sebuah rasa semangat bagi semua orang, kau pun terbangun dari tidur beberapa jam, yang selalu ku amati pulasmu itu. Kau bukan putrid tidur yang tidur seratus tahun, hingga seorang pangeran dating dan mencium bibirnya. Kau ratu kaca, ratu yang bagiku adalah ratu yang paling cantik di dunia ini.
Pagi ini setelah beberapa embun terkumpul lalu dibasukan nya di wajahmu itu, kau beranjak ke taman di belakang istana. Kau melihat salju sedang bercanda riang dengan beberapa binatang yang tampak bagiku daging-daging lezat jika di masak secara rebus atau membuat mereka menjadi sate.
“sejak kapan salju mempunyai peliharaan?”
“mungkin sejak musim salju pergi lalu semi datang.”
Kau pergi turun kebawah, ke luar istanamu. Kamarmu yang berada di lantai dua, memberikan kesempatan bagi beberapa burung untuk memakan sisa-sisa biskuitmu yang kadang tak kau habiskan lalu kau taruh di meja kayu sebelah tempat tidurmu.
Kau duduk mengamati setiap candaan salju kepada hewan-hewan tersebut. Ditemani secangkir teh dan sebuah poci keramik yang mungkin kau pesan dari cina. Sepertinya kau teringat masa kecilmu. Tapi aku tidak pernah melihat masa kanak-kanakmu. Kau menemukanmu saat usiamu sudah beranjak remaja, ya kira-kira seperti salju itu.
Putri Salju, aku teringat pada sebuah makanan dari negeri yang jauh dari negeri ini. Negeri yang lebih daripada negeri cina. Sebuah makanan manis, yang disemuti serbuk-sebuk gula. Seperti salju. Kau pun begitu, seandainya kau bertanya kepadaku tentang seperti apa dirimu dimataku.
Tapi aku masih mengangap wanita tercantik di dunia adalah ratu kaca. Tidak ada yang menandingi kecantikan nya.
Cangkir mu habis, lalu kau tuang poci keramik itu dengan keangunan. Daun-daun berguguran, mengantikan dentang-dentang jam tua peningalan raja sebelumnya, ayahmu.

*****
Istana ini terletak pada suatu benua. Dalam benua ini begitu banyak kerajaan yang berdiri di atas benua ini. Istana ini dikelilingi hutan-hutan yang masih asli, dan sangat keramat jika sampai satu buah pohon jatuh secara tidak wajar.
Kerajaan mu mendapat julukan pasukan hijau, dikarenakan saat mereka mulai bergerak harus melewati hutan, hingga membuat hutan terlihat bergoyang dan berbunyi. Ada pula yang menjuluki kerajaan “hutan yang tertidur”. Jika hutan terbangun, maka berguncanglah bumi yang di gengam oleh akar-akar hutan.
Aku dijatuhkan tuhan di tempat ini, diantara tatapan jutaan daun yang terkejut dan mencoba mencari tahu, siapa mahluk asing ini. Sebuah benda aneh, yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Hutan tidak akan pernah mengenal benda yang memantulkan sinar dan mengembalikan semua gambar yang dia berikan padaku. Seekor burung gereja datang melihatku, mengamatiku, menerka siapakah aku, lalu terbang melesat entah kemana.
Tidak berapa lama kau pun datang dengan panduan dari burung gereja itu. Dan aku pun terkejut saat mengetahui jika orang yang terpantul di mataku ini adalah seorang ratu yang menjadi jawaban tentang wanita yang paling cantik di dunia ini. Semua wanita di dunia, semua bidadari disurga bertanya hal yang sama padaku dan aku pun menjawab jawaban yang sama semenjak aku diciptakan tuhan; ratu kaca.
Kau menaruhku di dalam hatimu, disela-sela kehidupan akan cinta. Cinta bagimu adalah kepingan kaca yang berserakan, mengumpulkan sendiri atau ditemani dengan seorang laki-laki dan merangkainya menjadi bias-bias cahaya. Seperti manik-manik yang seandanyainya aku taruh dipasir.
*****
Kau marah padaku. Aku binggung harus bagaimana lagi. Aku diciptakan tuhan untuk menjalankan tugas, menunjukan suatu kebenaran. Aku tidak bisa untuk menutupinya. Kebenaran adalah subjektif dimata manusia, begitu juga padaku, tapi tuhan memiliki kebenaran yang mutlak dan aku harus menunjukan kebenaran dari tuhan itu.
Kau marah karena pagi tadi aku menyebut nama lain untuk jawaban pertanyaan yang biasa kau katakan padaku.
“salju”
Kau pergi mengambil sebuah balok kayu—entah dari mana balok itu berasal--lalu mengusirku keluar dari istana. Kau melemparku ke atas sungai yang tidak terlalu jauh dari istana. Aku hanyut bersama dengan sekolompok daun yang sudah tidak kuat lagi tergantung di ranting, dan tidak kuat lagi jika harus menjadi daun.
Sebagian tubuhku memang terbuat dari serpihan-serpihan yang tersusun rapi dan akan membuat ku tengelam disungai. Tapi aku mengenakan pakaian yang mudah untuk mengapung. Terbuat dari kayu jati yang berumur sekitar lima puluh tahun. Memang aku terapung di sungai, tubuhku selamat tapi hatiku benar-benar hancur menjadi sepihan kaca yang sulit untuk dikembalikan. seandainya tersusun kembali ku yakin akan ada bekas retaknya.
Selama terapung di sungai aku selalu menyalakan tuhan, kenapa dia menciptakanku untuk selalu jujur, untuk selalu mengatakan semua kebenaran. Karena sifat inilah aku terapung di sungai, kehilangan cinta, dan tidak tahu siapa yang akan memungutku dan membawanya kerumah. Mungkin seseorang dari suku barbar memungutku dan aku dijadikan pisau atau senjata apapun, atau mungkin aku dipungut oleh masyarakat cina dan aku akan dijadikan sebuah piring atau gelas. Atau bisa saja aku hanyut sampai laut dan dimakan oleh ikan paus. aku hanya bisa pasrah terhadap dongen yang sudah tuhan buat. aku hanya tokoh yang tidak berhak menuntut lebih tentang cerita yang aku inginkan.
Aku pasrah. Seperti seekor gajah yang akan tahu jika besok akan mati. Firasat kematian biasanya datang lebih awal dari kematian itu sendiri. Lebih baik mati, toh orang yang aku cintai juga sudah pergi, dan kini aku hanya menatap matahari, seolah menantangnya.
Pikiranku melayang, sambil mengungkapkan kesalku kepada tuhan melalui media cahaya. Memantulkan beberapa warna yang menjadi isyarat kekesalanku itu. Dalam kesalku tiba-tiba seseorang memungutku. Dia salju. benar-benar salju. aku seolah ingin menangis, karena dari tadi aku hanya berbicara pada sungai dan terus mengeluh pada tuhan. dan ini aku benar-benar selamat. tidak ada keramik, tidak ada senjata. aku akan menjadi seperti ini.
"kenapa kau bisa disini?"
"aku diusir oleh ratu"
"aku juga di usir, sama sepertimu."
aku kaget mendengar itu, apa mungkin salju diusir karena aku? karena aku yang mengatakan jika salju wanita paling cantik?
Salju membawaku kerumah yang sederhana dan mungil. Ada sebuah perapian, satu meja makan dengan 7 buah kursi mini, dan juga tujuh buah gantungan topi di dekat pintu. seperti tidak asing rumah sederhana ini. memang sederhana, namun hangat.
Seseorang mengetuk rumah itu sebelum sempat salju menaruhku di dinding ataupun lemari, dia menaruhku diatas meja makan mungil tadi lalu berlari menuju seseorang yang mengetuk pintu. Tidak berapa lama dia pun kembali ke meja makan sambil membawa sekeranjang apel merah.
“Dari nenek tua” katanya.
Aku memiliki firasat yang tidak enak. seolah ada sebuah potongan mozaik masa depan yang tiba-tiba ku dapatkan. dejavu. tapi aku tidak bisa menebak apa yang terjadi setelah ini.

Comments

Popular posts from this blog

seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti #1

Seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti Kita berbeda bahasa, pada akhirnya akan menikah juga. Sebuah impian yang selama ini aku bayangkan tentang menjadi orang pertama yang mendapat senyum pagi dan juga sapaan  ohayou yang kau ucapkan tercapai juga. Dari dulu yang aku banyangkan hanya bisa bertemu denganmu saja, itu sudah sangat cukup. Tapi kenyataannya kita bisa bersama juga dalam sebuah ikatan yang selalu dijadikan manusia sebagai ritual untuk menjalin cinta. Kita akan menikah nanti. Kita bertemu pertama kali adalah saat pohon sakura diwajibkan untuk mengugurkan kelopak-kelopak bunganya oleh musim yang selalu berganti dan tidak pernah lelah untuk menyambut matahari yang selalu kau kagumi. Kau tahu itu memang harus terjadi, maksudku tentang sakura yang gugur, mungkin juga tentang pertemuan kita dan pernikahan kita nanti memang harus terjadi. Angin berhembus dan menyapu beberapa daun yang sudah jatuh dari ranting dan dan mati di perkarangan rumahmu, dan sore hari

seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti #2

berakhir juga, juga permainan sederhana kita dengan memainkan kaki kita di bawah meja pemanas kita. kau pun berdiri, lalu menyalakan radio. sepertinya kau ingin menyindirku. kau tahu aku tidak bisa berbahasa sepertimu. tapi tak apalah, aku hanya ingin menikmati lantunan musiknya saja sambil melihat matamu yang tidak akan bisa untuk aku munafikan keindahannya. angin kencang mengetuk-ngetuk jendela, seolah mengoda situasi kita yang sedang berdua saja di ruangan ini. kita berkencan tanpa adanya bahasa. kita hanya bermain dengan isyarat. itupun masih agak sulit dimengerti, karena kebudayaan kita berbeda. aku hanya bisa menutup kebodohankku ini. akhirnya kau pun kearahku, mendekatkan wajah kita berdua dan akhirnya bibir kita bertemu, saling mengenalkan dirinya masing-masing. kesunyian masuk tanpa mengetuk pintu, dan tidak ada yang terkejut diantara kita ataupun beberapa hiasan dinding. kau dan aku masih menikmati suatu hal yang selalu dirahasiakan orang tua kita. aku merahasiakan tentang a

Lonceng Emas Sandora

Tolong dentangkan kembali lonceng emas sandora agar si pembohong dunia ini tenang agar ular peliharaan kita terkenang lalu rayakan lagi sebuah pesta panjang tentang alasan ungun yang tak pernah ingin padam dengan makanan, minuman juga tarian yang tidak pernah kunjung habis dipentaskan Tolong dentangkan kembali agar si pembohong ini tenang