Skip to main content

Pertama untuk taeyeon



Untuk Taeyon

            Pada awalnya aku hanya bisa bertemu denganmu dalam imajinasiku saja. Kadang aku sengaja membuat hujan agar kita terpaksa berbagi sebuah payung di saat langit mendung. Ya, pertemuan yang tidak biasa, dan memang dibuat tidak biasa. Kau pasti sudah tahu, jika aku seperti ini.

            Kau memakai anting berbentuk simbol bulan desember, bulan di mana aku lahir ke dunia ini. Anting berbentk butiran salju yang jatuh dari langit dan hinggap di kaca jendela. Membuat wajahmu semakin manis saja, tidak berbeda seperti es serut yang selalu kita rindukan saat musim panas. Sebenarnya aku ingin sekali memangilmu salju. Bukan putri salju, hanya salju. Putih, dingin, dan menyenangkan. Terkadang aku berpikir, apakah kau lahir dari endapan salju di kutub utara.

            Aku hanya bisa mengatakan akh, saat aku melihat beberapa videomu yang diam-diam aku ambil. Mungkin kau tidak sadar jika aku berhasil mengambilnya tanpa ketauan siapapun, dan apakah kau tahu jika aku sangat kuat untuk berjam-jam mengulang video itu hanya sekedar melihat wajah saljumu dan mendengar suaramu itu.

            Perasaanku padamu ini selalu saja membuat fotomu yang kutempel seolah hidup dan menanyakan apa yang aku lakukan hari ini. Dan aku selalu saja menghabiskan malam untuk menceritakan hal yang aku lakukan hari ini. Tentang seekor kucing yang aku temui di persimpangan jalan. Ataupun sekawanan burung gereja yang mengarungi angkasa saat senja. Dan semalam aku menceritakan seorang nenek yang tidak mendapatkan kursi duduk di bus yang aku naiki.

            Sehabis menceritakan itu, kau selalu meresponnya dengan tersenyum. Terkadang kau kesal karena aku selalu telat untuk pulang, tapi selalu kau sembunyikan rasa kesalmu itu dibalik senyum bahagia. Kau mengatakan jika kau sudah lega setelah rasa cemas yang kau ciptakan hanya sebuah kecemasan belaka. Seperti apa senyummu, aku tidak bisa tepat untuk mengambarkannya. Tidak pernah aku temukan kata untuk mewakilinya.

            Yang membuat aku jatuh hati pula adalah matamu yang seperti buku-buku dongeng. Aku selalu saja terlempar dalam negeri penuh kedamaian dan keajaiban saat menatap matamu itu. Dongeng, di mana nenek sihir telah mati tertelan cinta, di mana sepi hidup seperti angin. Negeri penuh kedamaian dan keajaiban, tentu saja cinta hidup di setiap hurufnya. Matamu, adalah semesta yang kudambakan.

            Aku sudah terlalu larut saja memendam perasaan ini. Larut seperti sebutir gula dalam air mendidih. Hanya imajinasi saja kita bisa bertemu, itupun sangat sulit untuk membayangkannya. Dan tidak bisa kutebak juga apakah hujan akan turun saat kita bertemu, tapi aku sudah siap membukakan payung untukmu. Hanya untukmu

Selanjutnya, liat saja. Aku yakin pasti ada ribuan kata yang akan menunggu kita.

Comments

Popular posts from this blog

seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti #1

Seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti Kita berbeda bahasa, pada akhirnya akan menikah juga. Sebuah impian yang selama ini aku bayangkan tentang menjadi orang pertama yang mendapat senyum pagi dan juga sapaan  ohayou yang kau ucapkan tercapai juga. Dari dulu yang aku banyangkan hanya bisa bertemu denganmu saja, itu sudah sangat cukup. Tapi kenyataannya kita bisa bersama juga dalam sebuah ikatan yang selalu dijadikan manusia sebagai ritual untuk menjalin cinta. Kita akan menikah nanti. Kita bertemu pertama kali adalah saat pohon sakura diwajibkan untuk mengugurkan kelopak-kelopak bunganya oleh musim yang selalu berganti dan tidak pernah lelah untuk menyambut matahari yang selalu kau kagumi. Kau tahu itu memang harus terjadi, maksudku tentang sakura yang gugur, mungkin juga tentang pertemuan kita dan pernikahan kita nanti memang harus terjadi. Angin berhembus dan menyapu beberapa daun yang sudah jatuh dari ranting dan dan mati di perkarangan rumahmu, dan sore hari

seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti #2

berakhir juga, juga permainan sederhana kita dengan memainkan kaki kita di bawah meja pemanas kita. kau pun berdiri, lalu menyalakan radio. sepertinya kau ingin menyindirku. kau tahu aku tidak bisa berbahasa sepertimu. tapi tak apalah, aku hanya ingin menikmati lantunan musiknya saja sambil melihat matamu yang tidak akan bisa untuk aku munafikan keindahannya. angin kencang mengetuk-ngetuk jendela, seolah mengoda situasi kita yang sedang berdua saja di ruangan ini. kita berkencan tanpa adanya bahasa. kita hanya bermain dengan isyarat. itupun masih agak sulit dimengerti, karena kebudayaan kita berbeda. aku hanya bisa menutup kebodohankku ini. akhirnya kau pun kearahku, mendekatkan wajah kita berdua dan akhirnya bibir kita bertemu, saling mengenalkan dirinya masing-masing. kesunyian masuk tanpa mengetuk pintu, dan tidak ada yang terkejut diantara kita ataupun beberapa hiasan dinding. kau dan aku masih menikmati suatu hal yang selalu dirahasiakan orang tua kita. aku merahasiakan tentang a

Lonceng Emas Sandora

Tolong dentangkan kembali lonceng emas sandora agar si pembohong dunia ini tenang agar ular peliharaan kita terkenang lalu rayakan lagi sebuah pesta panjang tentang alasan ungun yang tak pernah ingin padam dengan makanan, minuman juga tarian yang tidak pernah kunjung habis dipentaskan Tolong dentangkan kembali agar si pembohong ini tenang