Skip to main content

seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti #3

Seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti #3


Ini adalah pertama kalinya aku menikmati pagi bersamamu. Setelah semalam kita berpesta melepas masa lajang bersama beberapa teman kita. Dua laki-laki yang selalu ada saat kau bernyanyi juga datang, dan dua wanita yang selalu ada saat aku menulis pun sudah menikmati pesta semalam.

Penuh dengan aroma sake dan makanan laut. Ah, sial aku tidak menyukai dua hal itu, tapi aku nikmati juga masakanmu yang penuh dengan daging binatang di air dan juga minuman yang memabukan itu, walau sedikit aku tetap menikmatinya. Akhirnya kau pun mabuk dan ku gendong masuk ke kamarmu, kini aku jaga lelapmu. Kita tinggal berdua, di kamarmu. Sementara yang lain ada yang sudah tertidur dan masih ada yang mabuk di ruang tamu. Biar mereka tertidur disana.

Aku pun membalutmu dengan selimut berwarna kuning, kau suka sekali warna kuning. Sejujurnya aku ingin menganti pakaianmu yang sudah bau sake, tapi aku masih agak cangung untuk melakukan itu. Maka aku biarkan saja kau tertidur dengan aroma itu. Setelah itu menaruh kepalamu di atas bantal. Wajahmu sangat teduh saat kau tertidur. Ini pertama kalinya pula aku melihatmu tertidur. Aku pun mengecup kepalamu setelah itu pergi ke sudut kamar sambil memandangimu dari tempat ini.

Lampu sudah aku matikan, cahaya redup yang berasal dari lampu tidurmu lah yang tersisa. Wajahmu semakin samar saja. Tik-tok jam wekermu di dekat meja terdengar jelas. Aku pun merapatkan kedua pahaku, lalu memeluknya. Dingin semakin terasa saja. Tanpa sadar aku pun tertidur dalam posisi duduk, setelah itu aku lupa apa yang terjadi. Mabuklah yang aku tuduh karena tertidur saat aku ingin menjaga ragamu sejenak.

Aku pun terbangun saat pagi. Kau masih tertidur pulas dan sesekali mengingau, menyebut-nyebut namaku. Aku tersenyum. Aku pun ke kamar mandi, mencuci muka. Di ruang tamu semua orang tertidur pulas juga. Belum ada yang terbangun. Beberapa perempuan tidur ruangan lainnya, takut sifat liar laki-laki dari temanmu keluar karena mabuk. Ruangan tamu ini benar-benar berantakan.

Setelah cuci muka dan menyikat gigi, aku pun ke kamarmu lagi, membangunkanmu. Perlahan-lahan.Ohayou kiy chan.. Aku menyebut kata itu berulang kali. Tapi kau benar-benar teridur pulas. Sembari membangunkanmu, ku perhatikan setiap benda yang ada di kamarmu ini. Aku tertarik pada sebuah celengan babimu. Aku jadi teringat pada adik kelas temanku yang sangat menyukai boneka babinya yang bernama jeto pemberian mantan kekasihnya.

Aku masih membangunkanmu, menggoyang-nggoyangkan tubuhmu. Aku pun membuka gordeng. Di luar salju sepertinya akan turun karena ini adalah bulan desember. Meski musim akan dingin, burung-burung gereja masih setia terbang di sekitar sini, masih akan melantunkan lagu pagi. Dan apakah kau tahu mereka masih senang untuk melihatmu dari jendela.

Kau bukannya bangun malah menarik tanganku, lalu aku pun masuk ke dalam pelukanmu. Aku terjatuh, dan jarak wajah kita hanya sekitar beberapa centimeter saja. Ini pun pertama kalinya aku melihat wajahmu yang sedang tidur. Memang aku sedikit tersentak, tapi aku mencoba untuk tenang dan menikmati moment yang indah untuk pertama kalinya ini.
Aku mengambil posisi duduk lagi. Ku coba untuk melepaskan tanganku dari gengamanmu, tapi kau mengengam sangat erat, malah menaruh tanganmu ke dalam pelukanmu.. Tanganku sudah seperti guling saja. Walau begitu, apakah kau tahu tubuhmu sangat hangat, dan nyaman Ku biarkan tanganku kau peluk.

Ku sibak gordeng kamar ini. Tidak tidak perlu bangun untuk membukanya, karena memang tempat tidurmu sangat dekat dengan jendela. Aku menebak pasti agar cahaya yang masuk langsung jatuh ke wajahmu.

Di luar jendela, salju mulai terlihat di sela-sela angin. Ini adalah bulan desember, Dimana salju memang berhak dan harus turun. Udara sepertinya dingin di luar, tapi di kamar ini aku merasakan hangat luar biasa.

Ku perhatikan dengan sangat seksama setiap yang ada di wajahmu. Ku usap kening dan pipimu, ku belai dengan perlahan rambutmu. Waktu serasa berhenti. Membuat ini kekal.

Ternyata sisa mabukku masih ada. Aku pun tanpa sadar tertidur dalam posisi duduk kembali. Tanganku masih ada dalam gengamanmu. Cahaya matahari menyentuh kita yang sedang tertidur. Menjadi saksi peristiwa ini. Semoga suatu saat nanti dia akan mencertikan segala yang telah dia saksikan. Takut-takut jika kita lupa.

Kehangatan ini serasa menghentikan waktu. Dan aku sangat nyaman.

Kiy-chan arigatou.

                                                                                                8 Desember 2010

Comments

Popular posts from this blog

seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti #1

Seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti Kita berbeda bahasa, pada akhirnya akan menikah juga. Sebuah impian yang selama ini aku bayangkan tentang menjadi orang pertama yang mendapat senyum pagi dan juga sapaan  ohayou yang kau ucapkan tercapai juga. Dari dulu yang aku banyangkan hanya bisa bertemu denganmu saja, itu sudah sangat cukup. Tapi kenyataannya kita bisa bersama juga dalam sebuah ikatan yang selalu dijadikan manusia sebagai ritual untuk menjalin cinta. Kita akan menikah nanti. Kita bertemu pertama kali adalah saat pohon sakura diwajibkan untuk mengugurkan kelopak-kelopak bunganya oleh musim yang selalu berganti dan tidak pernah lelah untuk menyambut matahari yang selalu kau kagumi. Kau tahu itu memang harus terjadi, maksudku tentang sakura yang gugur, mungkin juga tentang pertemuan kita dan pernikahan kita nanti memang harus terjadi. Angin berhembus dan menyapu beberapa daun yang sudah jatuh dari ranting dan dan mati di perkarangan rumahmu, dan sore hari

seandainya saya menikah dengan yoshioka kiyoe nanti #2

berakhir juga, juga permainan sederhana kita dengan memainkan kaki kita di bawah meja pemanas kita. kau pun berdiri, lalu menyalakan radio. sepertinya kau ingin menyindirku. kau tahu aku tidak bisa berbahasa sepertimu. tapi tak apalah, aku hanya ingin menikmati lantunan musiknya saja sambil melihat matamu yang tidak akan bisa untuk aku munafikan keindahannya. angin kencang mengetuk-ngetuk jendela, seolah mengoda situasi kita yang sedang berdua saja di ruangan ini. kita berkencan tanpa adanya bahasa. kita hanya bermain dengan isyarat. itupun masih agak sulit dimengerti, karena kebudayaan kita berbeda. aku hanya bisa menutup kebodohankku ini. akhirnya kau pun kearahku, mendekatkan wajah kita berdua dan akhirnya bibir kita bertemu, saling mengenalkan dirinya masing-masing. kesunyian masuk tanpa mengetuk pintu, dan tidak ada yang terkejut diantara kita ataupun beberapa hiasan dinding. kau dan aku masih menikmati suatu hal yang selalu dirahasiakan orang tua kita. aku merahasiakan tentang a

Lonceng Emas Sandora

Tolong dentangkan kembali lonceng emas sandora agar si pembohong dunia ini tenang agar ular peliharaan kita terkenang lalu rayakan lagi sebuah pesta panjang tentang alasan ungun yang tak pernah ingin padam dengan makanan, minuman juga tarian yang tidak pernah kunjung habis dipentaskan Tolong dentangkan kembali agar si pembohong ini tenang