Pria itu kesal bukan main pada rekan kerjannya. Namannya Ani, seorang
wanita berkacamata, rambut hitam mengapai-gapai bahu, dengan blezer
merah gelap, atau kemeja bergaris hitam. Sepatu berhak 5-7 cm, seorang
yang bekerja di tim HRD.
Setiap pagi, atau pulang pria itu selalu menemuinya, karena absen dengan sidik jari ada di depan ruangannya. Jika pintunya terbuka, ia akan melihat wanita itu sedang mengurus dokumen-dokumen yang bertumpuk di meja juga lemari, atau sedang berkutat pada komputer jinjing. Jika pintu itu tertutup maka ia bersyukur luar biasa.
Setiap pagi, atau pulang pria itu selalu menemuinya, karena absen dengan sidik jari ada di depan ruangannya. Jika pintunya terbuka, ia akan melihat wanita itu sedang mengurus dokumen-dokumen yang bertumpuk di meja juga lemari, atau sedang berkutat pada komputer jinjing. Jika pintu itu tertutup maka ia bersyukur luar biasa.
Pria itu kesal bukan main, karena baginya wanita itu seperti rembulan.
Rembulan yang pertama kali dilihat hanya sebuah benda yang tergantung di
langit. Namun semakin dilihat semakin memesona. Sialnya pria itu merasa
dirinya seekor serigala. Hanya bisa memandangnya, melihatnya dari ujung
tebing atau bukit, atau rimbun dedaunan hutan. Ia hanya dapat meraung
tajam karena tidak sekalipun dapat mengapainya. meraung lirih tentang
kesepian di setiap malam. Walau ia juga sadar raungannya tidak akan
pernah sampai padanya.
Pria itu kesal bukan main pada wanita itu.
Pria itu kesal bukan main pada wanita itu.
Comments
Post a Comment